Salah satu modifikasi yang banyak dilakukan untuk meningkatkan performa mesin motor adalah dengan cara bore up. Lalu oli mesin terbaik apakah yang cocok untuk mesin yang telah dimodifikasi dengan menaikkan kapasitas mesin? Secara umum, perawatan mesin bore up tidak serumit yang dibayangkan. Tapi tetap harus dilakukan rutin, termasuk oli mesin yang digunakan.
Mesin motor yang sudah bore up, menggunakan diameter piston yang lebih besar. Pembakaran makin besar dan friksi yang dihasilkan juga makin tinggi. Panas mesin yang dihasilkan pun lebih tinggi yang berpotensi meningkatkan penguapan oli mesin.
Untuk itu, membutuhkan oli mesin yang berkualitas lebih baik atau menggunakan base oil dan paket aditif yang lebih baik. Paket aditif ini berkontribusi pada tingkat efisiensi dan perlindungan oleh oli mesin. Sehingga pelumasan yang dilakukan pun lebih baik.
Tapi jika menggunakan oli mesin dengan viskositas lebih tinggi, atau lebih kental, justru menghambat kerja komponen mesin. Begitu pula dengan penambahan volume oli mesin. Tenaga mesin pun tak mencapai yang seharusnya. Nah, ketika sudah mesin sudah bore up sebaiknya gunakan oli mesin performa tinggi yang menggunakan base oil lebih berkualitas dan paket aditif yang lebih diperkaya untuk unjuk kerja melindungi mesin.
Baca Juga : Ini Penyebab Piston Motor Baret
Menggunakan oli mesin performa tinggi yang memiliki viskositas yang sama dengan oli mesin biasa, juga dapat dilakukan. Begitu pula dengan volume oli mesin yang digunakan. Semisal untuk motor matik, bisa menggunakan oli mesin SAE 10W40 dengan volume oli yang sama seperti kondisi standar. Karena umumnya, salah satu yang dibutuhkan dari oli mesin performa tinggi adalah aditif anti wear yang lebih banyak dari oli mesin biasa.
Periode penggantian oli mesin pun dilakukan lebih dini dan volume oli mesin perlu terus dipantau. Apabila biasanya mengganti oli mesin antara 2.000-2.500 kilometer, maka untuk mesin bore up sebaiknya oli mesin diganti setiap 1.500-2.000 kilometer.
Alasannya karena mesin lebih boros oli mesin, sebelum waktunya ganti oli mesin volumenya sudah berkurang. Sementara untuk pemantauan volume oli mesin dilakukan setiap 300-500 kilometer melalui dipstick. Dengan begitu, risiko kerusakan komponen bagian dalam mesin seperti piston dan dinding silinder akibat kekurangan pelumas bisa dihindari.